Makalah
FARMAKOTERAPI II
Demam Thypoid
Kelompok 2 :
Sekolah
tinggi ilmu farmasi (stifarm)
Padang
2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,karena atas kemudahan dan kekuatan uang
diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang DEMAM TIFOID
ini,banyak kendala dan kesulitan yang ditemui,baik dalam hal referensi yang
dibutuhkan maupun dalam pembuatan makalah ini dan Alhamdulillah semuanya telah
terlewati.
Seiring dengan selesainya Makalah
tentang DEMAM TIFOID ini,kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen yang telah memberikan kami judul makalah tentang DEMAM TIFOID ini serta
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak sepenuhnya sempurna,oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.Akhir kata,kami berharap makalah ini
bisa menjadi bahan referensi bagi rekan-rekan yang akan dan sedang mengikuti
kuliah ini.
Padang,
Maret
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ..………………………….…………………………. 1
DAFTAR ISI ……………………...……………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN ……………….………....…………………………… 3
1.1 Latar
Belakang ……………………...……………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah ……………....………...…………………………… 4
1.3 Tujuan ……………………………...……………………………………… 4
BAB II LANDASAN TEORI ……….……………………………………… 5
2.1 Pengerian ………………………………...…………………………… 5
2.2 Manifestasi Klinik …………………………………………………….... 5
2.3 Etiologi ………………………………………...…………………………… 7
2.4 Manifestasi Penularan ……………….………...…………………………… 8
2.5 Pemeriksaan ………………………………...…………………………… 9
2.6 Cara
penanganan demam thypoid ………...…………………………… 11
2.7
Cara
pencegahan demam tifoid ...……..……………………………………… 12
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………… 14
3.1 Kesimpulan ……………………...……………………………………… 14
3.2 Saran …………………………..………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ………..…………………………………………… 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lingkungan
yang sehat merupakan lingkungan yang pertumbuhan bakteri dan virus akan lebih sedikit
untuk berkembang biak. Begitupun dengan bakteri salmonella typhi penyebab
demam tifod akan lebih banyak terdapat pada lingkungan yang kotor dan tingkat
perilaku hidup bersih sehat sangat kurang sehingga kuman tersebut akan banyak
terdapat disana. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan rendahnya
kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih sehat akan menjadi bumerang
bagi masyarakat itu sendiri, khususnya lingkungan mereka akan lebih rentan
terkena penyakit.
Demam tifoid menjadi masalah
kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang karena akibat
kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum. Demam tifoid merupakan suatu penyakit
infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai
secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah
tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta
standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah
Berdasarkan
laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam tifoid
menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan
pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%,
urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi
3,01% (Depkes RI, 2009).
Apabila demam tifoid tersebut tidak dideteksi
dan diobati secara cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujuang
pada kematian, seperti perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus,
renjatan bronkopnemonia (peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari
itu untuk mencegah terjadinya demam tifoid dan menurunkan angka kejadian, harus
memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yanjg sehat dan rajin mencuci
tangan terutama sebelum dan setelah makan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari
demam tifoid ?
2. Apa etiologi dari demam tifoid ?
3. Apa patofisiologi dari demam tifoid ?
4. Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?
5.
Apa manifestasi
klinis dari demam tifoid ?
6. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari demam tifoid.
2. Untuk mengetahui etiologi dari demam tifoid.
3. Untuk mengetahui
patofisiologi dari demam tifoid.
4. Untuk mengetahui gejala dan tanda demam tifoid.
5. Untuk mengetahui
manifestasi klinis dari demam tifoid.
6. Untuk mengetahui cara penanganan atau pencegahan demam
tifoid.
BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus,
typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang
menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,
salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan
sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang
disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral,
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses.
2.2 Manifestasi Klinik
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama
inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang
tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain :
1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : demam
remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat peningkatan
suhu badan
Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi relatif lidah thypoid (kotor ditengah,
tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali, Plenomegali, Meteorismus, Gangguan kesadaran seperti samnolen
Minggu III : Demam
mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor,
ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor
Hati dan limpa
membesar yang nyeri pada perabaan
Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan Kesadaran
Kesadaran yaitu apatis – somnole.
Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
2.3 Etiologi
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar),
anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia
melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam
pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun
pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh
antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella
paratyphi (Soedarto, 1996). Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat
menimbulkan tifus yaitu:
a.
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk
grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik
antigen yang tidak menyebar
antigen H : terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
antigen V1 (merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis) dan protein membrane hialin.
b. Salmonella parathypi A
c. salmonella parathypi B
d. Salmonella parathypi C
§
Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
2.4 Manifestasi Penularan
Penularan salmonella thypi dapat
ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan),
Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari)
kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh
tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk
lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan
perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
2.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang pada klien
dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
A.
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur
dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif
tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
B.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid
seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
C.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu
menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
1).Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
Biakan darah
terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
3).Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4).Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
D. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik
terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O,
yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga
aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1). Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan
antibodi.
2). Saat
pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3). Penyakit –
penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid
yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan
karsinoma lanjut.
4). Pengobatan
dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat
menghambat pembentukan antibodi.
5). Obat-obatan
imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6). Vaksinasi
dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa,
titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang
setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun
perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada
orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7). Infeksi
klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.
8). Reaksi
anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap
salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada
seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
2.6 Cara
penanganan demam tifoid
Penyakit ini
tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat
dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi
orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa
apa-apa.
Yang perlu diperhatikan pasca
terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan
makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang
berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras
tenaga.
Pengobatan pada penderita ini
meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein,
obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya), serta
pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
Obat untuk penyakit Types adalah
antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg
diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup
sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau
lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis
( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien
belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali
2.7 Cara
pencegahan demam tifoid
Pencegahan utama dalam penyebaran penyakit
ini yaitu dengan meningkatkan higiene sanitasi makanan dan lingkungan seperti
membiasakan cuci tangan dengan bersih setelah BAB dan sebelum makan.
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin
T.A.B (mengandung basil thypoid dan parathypoid A dan B yang dimatikan ) yang
diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam thypoid. Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi,
yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi
thypoid boleh dilakukan setiap dua tahun
manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak
memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.
Minum air yang telah dimasak. Masak
air sekurang-kurangnya lima minit penuh (apabila air
sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi). Buat air batu menggunakan air yang dimasak. Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman
berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan ais
kacang atau air batu campur yang
menggunakan air hancur,
terutama sekali dalam keadaan sekarang. Makan
makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di warung, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam keadaan `berasap’ karena baru
diangkat dari dapur. Tudung semua
makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat
tinggi.
Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau memakan
makanan,membuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas membuang air
besar. Anda akan mendapati insiden thypoid
berkurangan dengan amalan ini yang sepatutnya menjadi kewajiban sehari - hari dan bukan hanya musim wabak. Pilih tempat dan
pengendali makanan yang bersih. Dalam
keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai mengelak daripada membeli makanan atau minuman penjaja jalanan terutamanya yang menjual minuman dingin. Bersihkan tempat
pembiakan lalat – lalat. Gunakan tempat yang
sempurna. Segeralah periksa ke dokter jika
mengalami tanda-tanda dijangkiti thypoid. Pusat Penelitian Penyakit dari Amerika Serikat memberikan dua metode bagi melindungi
diri anda dari demam
thypoid:
1. Rebus, masak, kupas
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama saat dalam perjalanan adalah penting untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama saat dalam perjalanan adalah penting untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b. Dapatkan Vaksin S.Thypi
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Pada pria lebih banyak terpapar
dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok
umur dapat tertular penyakit thypoid,
tetapi yang banyak adalah golongan umur dewasa. Angka kejadian demam thypoid
tidak dipengaruhi musim, tetapi pada daerah – daerah yang terjadi endemik demam thypoid, angka kejadian meningkat pada bulan – bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadian demam thypoid meningkat pada musim kemarau panjang
atau awal musim hujan.
Hal ini banyak dihubungkan dengan
meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang
kurang memuaskan.Demam thypoid masih merupakan masalah
besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan
timbul sepanjang tahun. Kasus demam thypoid di Indonesia,masih cukup tinggi
berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan
sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita demam thypoid dengan hasil biakan darah
salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam thypoid.
Demam thypoid adalah penyakit yang umum di
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang
disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral,
fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. Etiologi demam thypoid adalah
salmonella thypi. Gejala- gejala yang timbul bervariasi. Penyakit dapat ditimbulkan dari berbagai factor, dan dapat membahayakan
kesehatan bahkan berakibat kematian. Untuk itu menjaga kebersihan dirasa perlu
demi menjaga kesehatan diri dan lingkungan, agar terhindar dari penyakit yang
membahayakan kesehatan kita.
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai
penghambat masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella
spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya
hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini
akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp
dapat masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang.
Dalam makalah ini dapat disimpulkan,
bahwa penyakit demam thypoid merupakan salah satu
penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai saat ini masih
belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan masing – masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit
ini datang.
3.2. Saran
Demam thypoid yang tersebar di
seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini
meskipun lingkungan hidup umumnya
adalah baik. Dengan kasus demam thypoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-bagian yang
terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.
Sebagai tenaga kesehatan, kita
sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada anak-anak
supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan, air minum, dan
kebersihan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Marylin, E Doengoes . 1999 . Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3 .
EGC : Jakarta.
Barbara, Engram. 1998 . Keperawatan Medikal Bedah . EGC : Jakarta.
Marjory Gordon, dkk. 2001. Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2001-2002. NANDA
Kuncara, H.Y, dkk. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. EGC : Jakarta.
diperoleh tanggal 7 maret 2015 (15.10 WIB)
Http://dwaney.wordpress.com/2010/11/11/ thipoid.html .
diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.12 WIB)
diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.15 WIB)
No comments:
Post a Comment