Thursday 12 March 2015

Makalah Demam Thypoid



Makalah

FARMAKOTERAPI II
Demam Thypoid

Kelompok 2 :







Sekolah tinggi ilmu farmasi (stifarm)
Padang
2015



KATA PENGANTAR
           

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,karena atas kemudahan dan kekuatan uang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang DEMAM TIFOID ini,banyak kendala dan kesulitan yang ditemui,baik dalam hal referensi yang dibutuhkan maupun dalam pembuatan makalah ini dan Alhamdulillah semuanya telah terlewati.
            Seiring dengan selesainya Makalah tentang DEMAM TIFOID ini,kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kami judul makalah tentang DEMAM TIFOID ini serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
            Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna,oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.Akhir kata,kami berharap makalah ini bisa menjadi bahan referensi bagi rekan-rekan yang akan dan sedang mengikuti kuliah ini.



                                                                                                Padang,    Maret 2015


                                                                                                            Penulis 




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR           ..………………………….………………………….            1
DAFTAR ISI              ……………………...………………………………………            2
BAB I PENDAHULUAN     ……………….………....……………………………            3
1.1 Latar Belakang      ……………………...………………………………………            3
1.2 Rumusan Masalah             ……………....………...……………………………            4
1.3 Tujuan       ……………………………...………………………………………            4
BAB II LANDASAN TEORI           ……….………………………………………            5
2.1 Pengerian              ………………………………...……………………………            5
2.2 Manifestasi Klinik             ……………………………………………………....            5
2.3 Etiologi     ………………………………………...……………………………            7
2.4 Manifestasi Penularan       ……………….………...……………………………            8
2.5 Pemeriksaan          ………………………………...……………………………            9
2.6 Cara penanganan demam thypoid              ………...……………………………            11
2.7 Cara pencegahan demam tifoid    ...……..………………………………………            12
BAB III PENUTUP   ………………………………………………………………            14
3.1 Kesimpulan           ……………………...………………………………………            14
3.2 Saran         …………………………..…………………………………………            14
DAFTAR PUSTAKA              ………..……………………………………………            15








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang pertumbuhan bakteri dan virus akan lebih sedikit untuk berkembang biak. Begitupun dengan bakteri salmonella typhi penyebab demam tifod akan lebih banyak terdapat pada lingkungan yang kotor dan tingkat perilaku hidup bersih sehat sangat kurang sehingga kuman tersebut akan banyak terdapat disana. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih sehat akan menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri, khususnya lingkungan mereka akan lebih rentan terkena penyakit.
Demam tifoid  menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
Apabila demam tifoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujuang pada kematian, seperti perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya demam tifoid dan menurunkan angka kejadian, harus memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yanjg sehat dan rajin mencuci tangan terutama sebelum dan setelah makan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.         Apa definisi dari demam tifoid ?
2.         Apa etiologi dari demam tifoid ?
3.         Apa patofisiologi dari demam tifoid ?
4.         Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?
5.         Apa manifestasi klinis dari demam tifoid ?
6.         Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?



1.3 TUJUAN

1.         Untuk mengetahui definisi dari demam tifoid.
2.         Untuk mengetahui etiologi dari demam tifoid.
3.         Untuk mengetahui patofisiologi dari demam tifoid.
4.         Untuk mengetahui gejala dan tanda demam tifoid.
5.         Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid.
6.         Untuk mengetahui cara penanganan atau pencegahan demam tifoid.










BAB II
LANDASAN TEORI

2.1             Pengertian
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses.

2.2 Manifestasi Klinik
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain :

1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari nyeri kepala,  pusing, nyeri otot,  anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,   perasaan tidak enak diperut,   batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat peningkatan suhu badan
Minggu II : Demam terus, Demam,  Bradikardikardi relatif lidah thypoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali,  Plenomegali,   Meteorismus,   Gangguan kesadaran seperti samnolen
Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,  jarang disertai tremor
 Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan Kesadaran
Kesadaran yaitu apatis – somnole.
Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).



2.3 Etiologi
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi (Soedarto, 1996). Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu:
a.       Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
  antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
  antigen H : terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
  antigen V1 (merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis) dan protein membrane hialin.
b. Salmonella parathypi A
c. salmonella parathypi B
d. Salmonella parathypi C

§  Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.





2.4 Manifestasi Penularan
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.







2.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang            terdiri  dari :
A.    Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
B.     Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
C.     Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1).Teknik         pemeriksaan    Laboratorium
            Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
            Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3).Vaksinasi    di         masa    lampau
            Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.


4).Pengobatan dengan            obat     anti      mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

D. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
                   1.  Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
                   2.  Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
                   3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai  kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1). Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah   setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3). Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4). Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5). Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6). Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7). Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8). Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.


2.6 Cara penanganan demam tifoid
            Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa.
Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga.
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya), serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali


2.7 Cara pencegahan demam tifoid
            Pencegahan utama dalam penyebaran penyakit ini yaitu dengan meningkatkan higiene sanitasi makanan dan lingkungan seperti membiasakan cuci tangan dengan bersih setelah BAB dan sebelum makan.
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil thypoid dan parathypoid A dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10 hari merupakan tindakan  yang  praktis untuk mencegah penularan demam thypoid. Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi thypoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.
Minum air yang telah dimasak. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh (apabila air sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi). Buat air batu menggunakan air yang dimasak. Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau  minuman berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau air batu campur yang menggunakan air hancur, terutama sekali dalam keadaan sekarang. Makan makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di warung, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam keadaan `berasap’ karena baru diangkat dari dapur. Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat tinggi.
Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-buahan  hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau  memakan makanan,membuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar. Anda akan mendapati insiden thypoid berkurangan dengan amalan ini yang sepatutnya menjadi kewajiban sehari - hari dan bukan hanya musim wabak. Pilih tempat dan pengendali makanan yang bersih. Dalam keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai mengelak daripada membeli makanan atau minuman penjaja jalanan terutamanya yang menjual minuman dingin. Bersihkan tempat pembiakan lalat – lalat. Gunakan tempat yang sempurna. Segeralah periksa ke dokter jika mengalami tanda-tanda dijangkiti thypoid. Pusat Penelitian Penyakit dari Amerika Serikat memberikan dua metode bagi melindungi diri anda dari demam thypoid:
1. Rebus, masak, kupas
            Hindarkan  makanan dan minuman  yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan  minum terutama saat dalam perjalanan adalah  penting untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu  melindungi diri anda dari  penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b. Dapatkan Vaksin S.Thypi
            Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah demam, anda perlu mempertimbangkan  pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.


Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar  rumah lebih banyak. Semua kelompok umur dapat tertular penyakit thypoid, tetapi yang banyak adalah golongan umur dewasa.  Angka kejadian demam  thypoid tidak dipengaruhi musim, tetapi pada daerahdaerah  yang terjadi endemik demam thypoid, angka kejadian meningkat pada bulanbulan tertentu.  Di Indonesia, angka kejadian demam  thypoid meningkat pada musim kemarau panjang atau awal musim hujan.

Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.Demam  thypoid masih merupakan masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam thypoid di Indonesia,masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita demam thypoid dengan hasil biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam thypoid. Demam thypoid adalah penyakit yang umum di Indonesia.









BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

            Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. Etiologi demam  thypoid adalah salmonella thypi. Gejala- gejala yang timbul bervariasi. Penyakit dapat ditimbulkan dari berbagai factor, dan dapat membahayakan kesehatan bahkan berakibat kematian. Untuk itu menjaga kebersihan dirasa perlu demi menjaga kesehatan diri dan lingkungan, agar terhindar dari penyakit yang membahayakan kesehatan kita.
            HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang.
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam  thypoid merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam  masyarakat dan sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan.  Menjaga diri dan lingkungan  masingmasing  merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.

3.2. Saran

Demam thypoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Dengan  kasus demam  thypoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan, air minum, dan kebersihan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA



Marylin, E Doengoes . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 . EGC : Jakarta.

Barbara, Engram. 1998 . Keperawatan Medikal Bedah . EGC : Jakarta. 

Marjory Gordon, dkk. 2001. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002. NANDA

Kuncara, H.Y, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. EGC : Jakarta.

diperoleh tanggal 7 maret 2015 (15.10 WIB)

Http://dwaney.wordpress.com/2010/11/11/ thipoid.html .
diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.12 WIB)

diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.15 WIB)

No comments:

Post a Comment